Sunday, February 10, 2013

Satu Malam Berbagai Misteri

Dalam menjalani hidup tiap orang pasti memiliki kisah seram dan mistisnya masing masing seperti melihat setan, mendengar isak tangis, perasaan seperti diawasi sesuatu, dikejar bencong dan berhadapan dengan maling. Saya pernah merasakan satu dari beberapa kisah seram itu di rumahku sendiri. Pada hari itu entah mengapa saya sedang sial sialnya di rumah. Semua penghuni rumah sedang pergi dan saya ditinggal sendirian di rumah malam hari. Karena takut jaga rumah sendirian, saya memanggil dua orang teman untuk menemani di rumah, Lana dan Baba. Mereka datang dan kita bertiga bermain ps di musholla kosong tanpa mengetahui kalau diantara kami bertiga, mereka selalu berada dibelakang saya ketika terjadi suatu hal mistis.

Kita bertiga bermain ps hingga malam dan saya yang sudah lelah bermain ps akhirnya ke kamar. Di kamar, saya membuka laptop lalu internetan sembari mendengarkan musik musik. Tiba tiba lampu di kamar yang saya huni itu kedap kedip berkali - kali. Spontan saja saya kaget, tapi saya cuma menganggap itu listrik korslet sesaat. Lanjut saja memainkan laptop, kali ini jendela di kamar seperti ada yang menggetok dan kali ini juga saya benar benar kaget. Merasa sedikit agak takut dan berpikiran banyak hal negatif, saya mengecek jendela itu dan membukanya, ternyata hanya sapu yang jatuh mengenai jendela karena tertiup angin. Merasa sedikit lega, saya kembali menutup jendela dan melanjutkan bermain hingga larut malam.

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, kami bertiga belum tidur, saya masih bermain laptop sementara Baba dan Lana masih bermain ps di musholla. Waktu itu saya sudah merasa tenang dan tidak takut sama sekali, lampu kamar sempat nyala mati lagi dan benar saja itu hanya korslet. Di tengah rasa tenang itu saya mendengar ada suara seperti gembok besi yang berbentrukan, suaranya cukup kencang dan berasal dari luar. Beranggapan hanya besi yang tertiup angin, saya cuek dan tetap bermain laptop. Setelah waktu yang cukup lama, saya terheran heran karena suara besi itu tidak berhenti. Akhirnya pikiran negatif mulai bermunculan dan juga perasaan yang cemas serta tidak tenang. Ternyata saya memakai celana dalem dobel.

"Jangan jangan ada maling.."

Baru baru ini di daerah komplek rumah saya banyak sekali rumah yang kemalingan, kemarin rumah blok sebelah kemalingan laptop dan handphone, rumah saya pernah kena maling juga seperti motor dan sepeda. Akhirnya dengan pikiran dan asumsi itu adalah maling, saya ke musholla menemui Baba dan Lana untuk memberitahukan hal itu.

"Ba, Na.. denger suara besi gitu gak dari luar?"
"Iya iya wy.. itu suara apaan sih? gue kira elo nakut nakutin kita doang gitu.."
"Enak aje, gue juga takut beneran tau.. ngerinya itu maling.."
"Hah???"

Setelah memberitahukan permasalahan itu, kita bertiga pun ketakutan dan panik jika itu adalah maling beneran. Saya mendekati pintu lorong bawah yang tembus keluar itu perlahan lahan dengan panik, wajah kami bertiga sangat serius, mata melotot dan mengerutkan dahi. Saya berjalan paling depan, Baba dibelakang sudah siap memegang gelas kaca untuk memukul kepala maling tersebut karena tidak ada benda lain disitu selain gelas kaca. Tidak mungkin menggunakan ps, mahal harganya.

Bunyi dari gembok besi itu sudah berhenti dan inilah saat menegangkan kami bertiga. Kami tidak berani untuk membuka pintu itu, jadi sepanjang waktu itu kami bertiga hanya diam dan bersender di tembok sambil memasang kuping baik baik. Di luar terdengar suara langkah kaki manusia yang turun menuju ke bawah ke arah pintu dimana kami bertiga berada. Keringat kami bercucuran dan bertanya tanya jika beneran maling harus bagaimana. Gagang pintu lorong itu bergerak, ternyata dikunci, kami kaget dan tidak habis pikir. Tiba tiba dari luar terdengar suara seperti sedang berusaha membuka pintu itu 'ckrek.. ckreek krek..' dan Baba sudah mengangkat gelas kaca yang dipegangnya tinggi tinggi untuk dihantam ke maling itu, saya memasang kuda kuda tae kwon do yang sudah hapal berbagai jenis jurus, Lana di paling belakang ngumpet dibalik tembok. Setelah pintu itu terbuka, betapa kagetnya kami melihat sesosok manusia yang cukup tinggi dengan tubuh yang besar dan bermata empat membawa tas ransel besar, itu adalah Om Dimas yang baru saja pulang dari kerja di kantornya.


    And that's all sebuah cerpen mengenai pengalaman sendiri yang dibuat untuk menyelesaikan tugas Ujian Praktek Bahasa Indonesia...

No comments:

Post a Comment